Tuhanmenghendaki manusia menggunakan kehendak bebasnya untuk menaati kehendak Tuhan. Sehingga Allah melihat bahwa manusia mengikuti kehendak-Nya bukan karena tidak ada pilihan lain, melainkan dengan sadar memilih untuk taat akan perintah Tuhan. Inilah tujuan Tuhan memberikan kehendak bebas kepada manusia, di tengah-tengah segala pilihan yang
Abstract Ketika Allah menciptakan seluruh ciptaan-Nya, Ia menciptakan seturut kehendakdan rencana-Nya. Tidak ada satupun ciptaan yang berada di luar dari penguasaantangan-Nya; Ia berkuasa dan berdaulat penuh terhadap ciptaan-Nya. Khusus dalam bagian ini, penulis lebih banyak menyinggung tentang manusia sebagai ciptaan Allah. Allah mengatur seluruh alam semesta dan yang hidup di dalamnya; Allah mengatur planet-planet sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya, dan Allah mengatur semuanya itu untuk mencapai tujuan-Nya yang kekal.Akumenghakimi sebagaimana diperintahkan oleh Sang Bapa, dan penghakiman-Ku itu adil karena Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. KSZI: Aku tidak dapat melakukan sesuatu pun atas usaha-Ku sendiri. Aku menghakimi manusia menurut perintah Allah.
Since the Creation, humans, who naturally have free-will, tend to be autonomous in their actions. This tendency had become more solid when civilization entered modernization. In this era, humans most likely were to prioritize reasoning more than spiritual and religious values. Humans had become more independent and autonomous, and this matter mainly applied whenever they want to determine their own destiny. But instead of having âthe happy endingâ, human choices are sometimes arrogant, and unfortunately, those choices could lead them into their own misery. Whereas the Scriptures often remind mankind to prioritize God's will over their personal will. In both the Koran and the Bible, there are verses that specifically highlight how humans should prioritize God's will. In this regard, this paper will examine the topic about the problem between God's will and human responsibility through a comparison of the biblical study of the Koran and the Bible, as well as the crossing of meanings between the two which can be complementary and symbiotic. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 Gerald Moratua SiregarAbstract Since the Creation, humans, who naturally have free-will, tend to be autonomous in their actions. This tendency had become more solid when civilization entered modernization. In this era, humans most likely were to prioritize reasoning more than spiritual and religious values. Humans had become more independent and autonomous, and this matter mainly applied whenever they want to determine their own destiny. But instead of having âthe happy endingâ, human choices are sometimes arrogant, and unfortunately, those choices could lead them into their own misery. Whereas the Scriptures often remind mankind to prioritize God's will over their personal will. In both the Koran and the Bible, there are verses that specifically highlight how humans should prioritize God's will. In this regard, this paper will examine the topic about the problem between God's will and human responsibility through a comparison of the biblical study of the Koran and the Bible, as well as the crossing of meanings between the two which can be complementary and symbiotic. Keywords cross textual hermeneutics, free-will, Godâs will, human responsibility, scriptural reasoning. Abstrak Sejak Penciptaan, manusia yang secara kodrati memiliki kehendak bebas, cenderung otonom di dalam bertindak. Kecenderungan ini menjadi lebih solid ketika peradaban memasuki modernisasi, karena modernisasi telah menjadikan manusia semakin mengutamakan rasio, dan sadar atau tidak, * Magister Filsafat Keilahian Fak. Teologi UKDW Yogyakarta. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 perlakuan tersebut telah mereduksi nilai-nilai spiritual dan religius. Manusia menjadi lebih independen dan otonom, termasuk ketika manusia hendak menentukan jalan hidupnya sendiri. Namun alih-alih ingin mendapatkan yang terbaik, pilihan manusia kadang takabur dan menuntun kepada penderitaan. Padahal Kitab Suci kerap mengingatkan umat manusia untuk memprioritaskan kehendak Tuhan di atas kehendak pribadi. Baik dalam al-Quran maupun Alkitab terdapat ayat-ayat yang secara khusus membahas perihal bagaimana manusia seharusnya mengindahkan kehendak Tuhan. Berkaitan dengan itu, tulisan ini akan membahas topik tentang permasalahan antara kehendak Allah dan tanggung jawab manusia ikhtiar melalui perbandingan kajian biblis Al-Quran dan Alkitab, serta penyilangan makna di antara keduanya yang dapat bersifat komplementer dan simbiosis. Kata-kata kunci hermeneutika lintas teks Kitab Suci, ikhtiar, kehendak Allah, kehendak manusia, scriptural reasoning. PENDAHULUAN Sejak Pencerahan melahirkan modernisme, peradaban mulai bergerak ke arah sekularisme. Pada masa itu, ilmu pengetahuan berkembang pesat dan sebagai buahnya ada banyak penemuan yang membuat kehidupan manusia menjadi lebih efisien dan maksimal. Lambat laun, kemudahan-kemudahan itu telah menumpulkan kesadaran manusia akan adanya Sang Ilahi. Hal ini terjadi bukan karena manusia tidak sadar bahwa dirinya secara kodrati adalah homo religio, melainkan karena dari dalam dirinya manusia merasa cukup. Rasa cukup ini yang membuat manusia mengotonomikan diri, serta melepaskan dependensi kepada Tuhan sebagai Penyedia segalanya. Di sisi lain, ada orang yang berkomitmen ingin menyertakan Tuhan di dalam perjalanan kehidupannya, namun dalam aksinya ia tidak menyertakan Tuhan sama sekali, sehingga komitmen berserah kepada Tuhan telah menjadi sebuah omong kosong lip service belaka. Sebagai contoh, ada orang yang mengucapkan âinsya Allahâ jika Allah menghendaki sebagai cara halus untuk menghindari sebuah komitmen. Dalam contoh ini orang tersebut telah mereduksi kehendak Allah ke dalam keinginan pribadi. Dengan kata lain, ia telah mendahului Allah dalam bertindak dengan mengedepankan kehendak MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 bebasnya, serta melaksanakan keputusan yang memang sejak semula telah ia pilih. Permasalahan tarik menarik antara kehendak Tuhan dan kehendak bebas manusia ini secara jelas terlihat pada agama-agama samawi, seperti Islam dan Kristen. Para teolog Islam sepakat bahwa Allah memiliki kehendak yang mutlak dan terbaik bagi umat-Nya. Namun ketika membahas tentang permasalahan otonomi manusia dalam menjalani kehidupannya, para teolog Islam masih banyak yang berseberangan Haderi, 2014 1. Kondisi yang tidak jauh berbeda terdapat juga di dalam dunia teologi Kristen. Permasalahan kehendak bebas dan predestinasi merupakan permasalahan yang cukup sering dibahas dan menjadi diskursus tersendiri. Para teolog Kristen pun banyak yang berseberangan tentang hal ini. Ada yang berpendapat bahwa segala sesuatu tanpa terkecuali telah ditentukan oleh Allah. Namun tidak sedikit juga yang menolak pandangan ini, karena pandangan ini terlihat tidak mengindahkan natur kodrati yang manusia bawa, yaitu bahwa manusia juga memiliki kehendak bebas. Dalam kajian teologi dan etika dua agama ini, permasalahan antara kehendak Allah, tanggung jawab manusia ikhtiar, dan kehendak bebas manusia masih menjadi diskursus yang menarik untuk dibahas, karena sampai saat ini masih terdapat polarisasi sikap dan perilaku umat, yaitu kelompok yang menekankan penetapan Tuhan dan kelompok yang menekan ikhtiar. Permasalahan ini tentunya akan lebih menarik jika dibahas di dalam perbandingan dan jalinan kajian biblis, teologis, dan etika, baik dari agama Islam maupun Kristen. Terdapat beberapa ayat, baik dalam Al-Quran maupun dalam Alkitab yang berbicara tentang hal tersebut secara teologis dan etis. Perbandingan dan jalinan di antara keduanya akan menjadi suatu kajian yang bersifat komplementer. Untuk itu, artikel ini akan membahas topik tentang permasalahan antara kehendak Allah, tanggung jawab manusia ikhtiar, dan kehendak bebas manusia tersebut melalui perbandingan kajian biblis, teologis, dan etika antara sudut pandang Islam dan Kristen. Diharapkan melalui artikel ini, baik umat Islam dan Kristen, mendapatkan petunjuk etis yang saling menguatkan berdasarkan beberapa pertanyaan etis yang mengarahkan artikel ini, yaitu 1. Bagaimana seharusnya umat, baik Kristen maupun Islam, dapat bertindak sesuai kehendak ilahi berdasarkan pesan Kitab Suci? MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 2. Berdasarkan Kitab Suci, sejauh mana umat, baik Kristen maupun Islam, memiliki otonomi di dalam menentukan nasibnya? 3. Hal-hal etis apa yang dapat dilakukan sebagai wujud pemberian makna baru dari kajian biblis dan teologis yang diperoleh dalam agama Islam yang kemudian dapat diterapkan kepada umat Kristen, dan sebaliknya? Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka ayat Al-Quran yang saya pilih adalah Surat al-Kahfi QS 18 23-24. Dua ayat ini merupakan bagian dari kluster ayat 22-16 berdasarkan pembagian ayat yang dibuat oleh Hamka dalam tafsir al-Ahzar Hamka, 1965 4168. Dalam dua ayat tersebut terdapat sebuah kisah di mana Allah menegur Nabi Muhammad SAW, karena Nabi telah bertindak menurut keinginan hatinya, tanpa menanyakan/mengindahkan perkenanan Allah. Secara sederhana, kisah tersebut memberikan pesan etis kepada pembaca untuk senantiasa bertindak seturut kehendak Yang Kuasa. Sedangkan ayat Alkitab yang akan diteliti adalah Surat Yakobus 413-17. Bagian ini merupakan satu perikop utuh. Di dalam perikop tersebut terdapat teguran dan nasihat praktis, baik bagi pembaca terdahulu maupun saat ini, agar tidak melupakan kehendak Allah di dalam berencana. Sekilas terlihat di antara naskah Surat al-Kahfi 23-24 dan naskah Yakobus 413-17 terdapat kesamaan makna. Namun terdapat juga perbedaan mendasar, secara khusus dari bentuk teksnya. Surat al-Kahfi berbentuk narasi murni, sedangkan Surat Yakobus memiliki genre yang unik, yaitu gabungan antara narasi dan nasihat-nasihat praktis, yang sulit untuk ditafsirkan Aruan, 2016 258. Tentunya hal ini menjadi kesulitan tersendiri, sekaligus tantangan untuk melakukan pemaknaan lintas teks. Setelah itu, dalam proses paripurna, hasil penelitian dari kedua teks ini akan dikomparasi, serta diberikan penyilangan makna. Dalam dunia hermeneutika, metode ini biasa disebut dengan cross textual hermeneutics hermeneutika lintas teks. Diharapkan melalui metode ini, implikasi masing-masing teks suci dapat memperoleh penguatan makna atau bahkan makna yang baru yang bersifat saling melengkapi. Sebelum membahas lebih jauh, terdapat beberapa catatan pendahuluan yang penting untuk menjadi perhatian MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 1. Islam bukan merupakan bagian dari hibriditas penulis artikel, dan penulis tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu telaah/tafsir Al-Quran. Oleh sebab itu penulis tidak akan melakukan telaah Al-Quran, melainkan akan mengadopsi latar belakang dan intisari ayat yang dibahas, berdasarkan kajian dan tafsiran beberapa mufasir. Pembahasan artikel ini dilakukan secara proporsional akademik. Semua kutipan langsung terjemahan Al-Quran sepenuhnya diambil dari terjemahan yang terdapat dalam tafsir al-Azhar. 2. Artikel ini tidak bermaksud untuk membahas aliran teologi tertentu, dan memposisikan diri pada pandangan tertentu, karena artikel ini merupakan sebuah penelitian akademik dan memiliki tujuan praktis bagi umat. PENJELASAN SURAT AL-KAHFI AYAT 23-24 1. Latar belakang Surat secara umum Secara harfiah kata âal-Kahfiâ berarti gua atau gua yang besar yang dapat dijadikan tempat untuk berlindung. Hamka mengasosiasikan gua-gua semacam itu sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Menurutnya, orang-orang yang beragama lain, seperti orang-orang Buddha, suka menjadikan gua sebagai tempat sembahyang. Gua pun telah menjadi tempat dimana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah, yaitu di dalam gua yang terletak di atas bukit Hira 1965 4146. Surat ini dinamakan demikian berdasarkan kisah awal yang terdapat di dalamnya, yaitu tentang sekelompok anak muda yang pergi ke dalam gua guna menyembunyikan diri dari ancaman pemerintah daerah di mana mereka berasal. Sebelum mereka menyembunyikan diri, sekelompok anak muda ini percaya bahwa Allah itu esa, dan mereka menolak untuk menyembah kepada yang selain Allah. Kepercayaan mereka ini berlawanan dengan kepercayaan pemerintah dan kebanyakan orang di negeri asal mereka. Karena perbedaan ini nyawa mereka terancam, sehingga mereka melarikan diri dan menyembunyikan diri ke dalam sebuah gua Hamka, 1965 4146. Shihab menuliskan bahwa sekelompok pemuda tersebut telah meninggalkan masyarakat kaumnya karena mereka tidak mau mengakui syirik 2002 4. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 Surat ini berisikan tiga kisah utama. Pertama, kisah tentang sekelompok pemuda yang bersembunyi di dalam gua sebagaimana yang dijelaskan di atas. Kedua, kisah tentang Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khidir. Ketiga, kisah tentang Zulkarnain yang mengembara ke Barat dan berhasil menjadi penguasa di sana Hamka, 1965 4147. Namun ada sedikit perbedaan yang ditemukan oleh Shihab, yaitu setelah kisah al-Kahfi terdapat isyarat kisah tentang Nabi Adam AS dan iblis. Surat ini diyakini diwahyukan ketika Nabi Muhammad SAW berada di Makkah, sebelum beliau hijrah ke Madinah 2002 3. Menurut riwayat yang diadopsi Hamka, Allah SWT menurunkan surat ini dengan tujuan untuk menyatakan kebenaran bagi orang-orang Yahudi yang meragukan kenabian Muhammad. Pada waktu itu, ada sekelompok orang berlatar belakang Yahudi yang meragukan kenabian Muhammad, dan mereka menguji Muhammad dengan mempertanyakan beberapa hal, yaitu perihal kisah penghuni gua, perihal pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, dan tentang riwayat Zulkarnain. Setelah lima belas hari sejak orang-orang Yahudi mempertanyakan hal-hal tersebut, datanglah malaikat Jibril dan memberikan Surat al-Kahfi kepada Muhammad. Jadi surat ini merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan orang-orang Yahudi, dan sebagai pembuktian bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah 1965 4159. 2. Konteks Surat al-Kahfi ayat 22-26 Surat al-Kahfi ayat 22-26 merupakan kluser dan setting terakhir dari keseluruhan kisah sekelompok pemuda yang bersembunyi di dalam gua. Kisah itu sendiri dimulai dari ayat 9. Namun ada baiknya jika ayat 1-8 juga dibahas agar latar belakang konteks ini lebih dapat dipahami. Latar belakang konteks ini akan dijelaskan berdasarkan pembagian kluster ayat yang dilakukan oleh tafsir al-Azhar, yaitu ayat 1-8, ayat 9-12, ayat 13-17, dan ayat 18-21, yang akan dibagi dalam dua bahasan, yaitu bagian ayat 1-8 dan bagian ringkasan ayat 9-21. Hal ini dilakukan karena bagian ayat 1-8 merupakan pendahuluan surat yang merupakan setting tersendiri. Ayat 9-21 terdiri dari tiga bagian awal kisah penghuni gua yang akan diringkas penjelasannya tidak dijelaskan per bagian. Tujuan meringkas bagian ini adalah agar kisah dalam ayat 9-21 tidak menjadi sorotan utama, MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 sehingga mengalihkan fokus yang seharusnya, yaitu pada ayat 22-23 yang merupakan dua ayat penting dalam bagian 22-26. Bagian ayat 22-26 akan dijelaskan dalam sub berikutnya sebagai bagian dari bahasan utama artikel ini. a. Bahasan ayat 1-8 Bagian ini merupakan bagian pembukaan yang berisi pujian dan ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah mewahyukan surat ini dan juga keseluruhan Al-Quran. Dalam ayat 1 tertulis dengan jelas bahwa pujian dan ucapan syukur itu dinaikkan karena wahyu yang Allah berikan telah menolong manusia untuk tetap berada dalam jalan yang tidak bengkok Hamka, 1965 4149. Selanjutnya dituliskan bahwa Allah akan menyediakan hukuman azab bagi mereka yang bengkok jalannya, dan ganjaran yang baik bagi yang shaleh ay. 2. Ayat 2 ini, menurut hemat saya, telah memberikan penekanan khusus berkaitan dengan permasalahan yang tergambar dalam ayat-ayat selanjutnya. Dalam ayat 4 dituliskan bahwa ancaman hukuman akan berlaku bagi mereka yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak. Menurut Hamka, bagian ayat 4 ini pertama-tama merujuk kepada orang Quraisy di Makkah yang mengatakan bahwa para malaikat adalah anak-anak Allah. Kemudian dapat juga merujuk kepada ajaran orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa Almasih adalah anak Allah, dan bersekutu dengan Allah 1965 4152. Berkaitan dengan ajaran musyrik ini, mungkin ada orang yang bersusah hati karena mereka telah berusaha memperkenalkan ajaran yang lurus, namun ada yang tidak mengindahkannya ay. 6. Namun Allah ingin meneguhkan mereka yang tetap setia pada jalan yang lurus. Untuk itu tentu ada ujian-ujian iman yang harus dilalui ay. 7. Bagian pembuka ini menjadi pengantar masuk ke dalam kisah para penghuni gua. Menurut Hamka, kisah penghuni gua ini telah memberikan contoh tentang iman yang teguh dan tidak tergoyahkan, dimana mereka hanya mau menyembah Allah yang Esa dan menjauhi praktik-praktik yang bersifat musyrik 1965 4159. Hal ini erat kaitannya dengan permasalahan yang pada ayat 5-7. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 b. Ringkasan ayat 9-21 Pada ayat 9, Allah bertanya kepada Nabi Muhammad, apakah Nabi mengira bahwa orang-orang yang tinggal dalam sebuah gua juga merupakan bagian dari keajaiban Allah yang menakjubkan. Ayat ini merupakan permulaan kisah para penghuni gua. Siapakah sesungguhnya para penghuni gua tersebut? Ini menjadi pertanyaan permasalahan yang juga menjadi latar belakang mengapa surat ini diturunkan. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, ada sekelompok orang-orang Yahudi yang meragukan kenabian Muhammad, sehingga mereka menanyakan beberapa perihal kepada Nabi, di mana salah satunya adalah perihal para penghuni gua. Sebelum surat ini diturunkan, terdapat banyak versi kisah dan mitos tentang para penghuni gua tersebut, namun melalui wahyu Allah yang tertuliskan dalam Surat al-Kahfi ini, baik Nabi Muhammad, para orang Yahudi waktu itu, maupun pembaca masa kini akan mendapatkan kebenaran ay. 13. Dalam ayat 10 dituliskan bahwa mereka adalah orang-orang yang masuk ke dalam gua dengan tujuan untuk berlindung ay. 10. Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan ay. 13, dan percaya bahwa Tuhan berkuasa atas semesta alam, serta percaya bahwa Tuhan itu esa ay. 14. Menurut Hamka 1965 4165, beberapa penafsir berpendapat bahwa anak-anak muda ini berasal dari Rum Roma. Mereka adalah anak-anak para pembesar dan orang terkemuka. Suatu saat, di daerah asal mereka, diadakan ritual agama pagan secara besar-besaran. Batin mereka menolak untuk menyembah berhala yang hanya diciptakan manusia, dan sebaliknya mereka merasa setiap manusia seharusnya menyembah Tuhan yang esa. Mereka yang merasa bahwa penyembahan terhadap berhala merupakan kebatilan, satu per satu keluar dari acara ritual tersebut. Di kemudian hari jumlah anak muda ini semakin bertambah. Hal ini dicurigai oleh penduduk Rum sebagai usaha menciptakan agama baru. Beberapa penduduk Rum marah terhadap mereka, dan melaporkan perihal tersebut kepada raja Rum. Kemudian mereka diperhadapkan kepada raja. Di hadapan raja, mereka tetap menyatakan keteguhan iman mereka kepada akidah Tauhid, dan keteguhan iman yang demikian diberikan oleh Tuhan sendiri ay. 14. Raja Rum memberikan kesempatan kepada mereka untuk kembali kepada agama leluhur, dan memberikan waktu kepada mereka untuk MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 berpikir. Waktu yang diberikan untuk berpikir itu merupakan kesempatan bagi mereka untuk melakukan hijrah meninggalkan Rum, dan berlindung dalam sebuah gua. Tuhan sendiri berjanji untuk menyertai mereka di sana ay. 16. Di dalam gua tersebut mereka tertidur cukup lama. Ketika bangun dari tidur, mereka saling bertanya-tanya berapa lama mereka telah berada dalam gua, karena sejak mereka masuk ke dalam gua, mereka langsung tertidur ay. 19. Dalam ayat 25 dituliskan bahwa mereka tertidur di dalam gua selama lebih dari 300 tahun. Kisah ini merupakan bagian dari keajaiban Tuhan yang diberikan kepada para penghuni gua Hamka, 1965 4159. Setelah mereka terjaga dari tidur yang lama, maka mereka pun lapar, dan mereka memutuskan untuk membeli makanan ke kota ay. 19. Dan perlahan-lahan keberadaan mereka diketahui orang lain. Demikianlah dudukan latar belakang bagian ayat 23-24 yang akan dibahas kemudian. 3. Penjelasan Surat al-Kahfi ayat 23-24 Sejak para penghuni gua tersebut memberanikan diri untuk keluar dari gua guna mencari makanan, keberadaan mereka mulai diketahui orang lain, dan orang-orang mulai bertanya-tanya siapakah mereka, dan berapa jumlah mereka. Berdasarkan ayat 22, ada yang mengatakan bahwa mereka berjumlah tiga orang bersama seekor anjing. Ada juga yang berpendapat bahwa jumlah mereka adalah lima orang bersama seekor anjing. Namun banyak yang berpegang bahwa mereka berjumlah tujuh orang yang disertai dengan seekor anjing. Pendapat yang ketiga ini dipercaya sebagai jumlah yang benar karena dua pendapat sebelumnya dikatakan sebagai pendapat yang âgaibâ ay. 22. Selain pertanyaan tentang jumlah penghuni gua, pertanyaan tentang berapa lama juga menjadi bahan perbincangan kala itu. Tentang pertanyaan kedua ini, Allah telah memberikan jawaban pada ayat 25, yaitu bahwa mereka telah berada di dalam gua selama 309 tahun. Jawaban ini adalah benar adanya, karena Allah SWT sendiri yang mengatakannya sebagai kebenaran ay. 26. Kemungkinan besar dua pertanyaan ini yang ditanyakan oleh orang-orang Yahudi, yang menjadi latar belakang diturunkannya Surat al-Kahfi ini. Indikasi ini kuat karena di ayat selanjutnya, Allah menegur Nabi Muhammad dengan berkata âDan sekali-kali jangan engkau berkata tentang sesuatu hal, MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 bahwa aku akan berbuat demikian besok, kecuali bahwa dikehendaki oleh Allah. Dan ingatlah kembali Tuhanmu jika engkau lupa. Dan katakanlah Mudah-mudahan kiranya memberikan petunjuk Tuhanku kepadaku, kepada sesuatu yang lebih dekat dari ini kebenarannya.â ay. 23-24. Perkataan Tuhan ini merujuk kepada Nabi Muhammad yang telah menjanjikan jawaban akan diberikan sehari setelah orang-orang Yahudi mempertanyakan perihal keberadaan para penghuni gua. Tanpa meminta petunjuk dan restu dari Allah, Nabi telah menjaminkan hal tersebut. Dan pada kenyataannya, setelah lima belas hari kemudian baru malaikat Jibril menyatakannya kepada Nabi Hamka, 1965 4179. 4. Makna dan Akidah dari Surat Al-Kahfi ayat 23-24 Menurut tafsir Ath-Thabari, ayat 23 dan 24 ini merupakan pengajaran dari Allah kepada Nabi agar tidak memastikan setiap peristiwa sebagai sesuatu yang pasti akan terjadi, melainkan seharusnya Nabi mengaitkannya dengan kehendak Allah, karena tidak satu pun dapat terjadi di luar kehendak Allah 2007 115. Hal serupa juga diutarakan oleh Prof. Wahbah Zuhaili dalam buku tafsir al-Munir. Ia berpendapat bahwa ayat 23 ini merupakan didikan Allah kepada Nabi-Nya untuk senantiasa mengingat Tuhan sebelum bertindak. Seorang manusia seharusnya mengingat kehendak Tuhan dan menggantungkan segala urusan pada kehendak-Nya 2012 216. Tentang ayat 24, Zuhaili 2012 216 memiliki pendapat yang sedikit berbeda. Menurutnya, jika seseorang lupa untuk mengucapkan insya Allah, hendaklah kiranya ia mengingatnya. Mengingat di sini bukan merujuk kepada mengingat akan Tuhan, melainkan mengingat kembali untuk mengucapkan insya Allah, agar di kemudian hari ia tidak lupa untuk mengucapkannya. Lagi menurut Zuhaili, terdapat akidah yang diajarkan sesuai pandangan Ibnu Abbas yaitu jika seseorang baru mengingat untuk mengucapkan insya Allah setelah satu tahun dari janji yang diutarakan, maka dia dianggap tidak mengingkari janjinya tersebut. Oleh karena itu, saat seseorang tiba-tiba teringat bahwa ia lupa mengucapkan insya Allah, ia hendaknya segera mengucapkannya, meskipun jarak antara lupa dan mengingatnya cukup lama 2012 216. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 Beberapa ulama tidak sepakat akan hal ini. Dalam hal ini, Ibnu Jarir mencoba untuk menengahi dan berusaha untuk menjelaskan maksud dari Ibnu Abbas, bahwa jika seseorang lupa untuk mengucapkan insya Allah, dan baru setahun kemudian ia teringat, maka ia akan mendapatkan sunnah dari pengucapan insya Allah tersebut, dan bukan untuk melepaskannya dari kewajiban memenuhi janjinya Zuhaili, 2012 216. Tentang ayat 23, Hamka berpendapat bahwa janganlah kiranya seseorang memberikan kepastian akan apa saja yang hendak dilakukan di kemudian hari, karena tidak ada seorang pun yang dapat memastikan apa yang akan terjadi. Perihal hari esok tidak ada dalam kuasa manusia. Hamka menuliskan âDi atas sesuatu yang engkau rencanakan ada lagi rencana yang lebih besar dan lebih kuat kuasa, yaitu rencana Allahâ 1965 4178. Hamka memberikan ajaran, bahwa seseorang seharusnya melandaskan setiap rencananya pada rencana Allah yang lebih berkuasa itu dengan mengucapkan insya Allah. Hal ini disebabkan karena manusia tidak memiliki kuasa untuk menolak apa yang telah ditentukan oleh Allah. Shihab, dalam tafsir al-Mishbah, mengatakan bahwa ucapan insya Allah ingin mengikrarkan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya yang mutlak. Artinya, manusia tidak dapat melawan kehendak-Nya. Manusia dapat merencanakan sesuatu, namun pada akhirnya kehendak Allah SWT yang menentukan 2002 213. 5. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan dan ajaran yang terdapat dalam beberapa tafsiran tentang Surat al-Kahfi ayat 22-26, maka dapat disimpulkan bahwa dalam agama Islam diajarkan beberapa hal, sebagai berikut a. Segala sesuatu tentang hari esok berada di luar kuasa manusia, dan sebaliknya, semuanya itu ada di dalam kuasa Allah SWT. Dalam hal ini, apa yang telah ditentukan Allah itu yang akan terjadi. b. Mengucapkan insya Allah merupakan hal yang penting, karena dengan melakukannya, manusia menyadari keterbatasannya dan mendasarkan setiap rencana, tindakan, dan janjinya pada kehendak Allah SWT saja. Oleh karena itu, sebagai ciptaan, manusia hendaknya melandaskan MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 setiap rencananya pada rencana Allah yang lebih besar dan berkuasa dengan mengucapkan insya Allah. Jika seseorang lupa untuk mengucapkan insya Allah, maka ia telah mengabaikan kehendak Allah SWT dan lalai untuk mendahulukan kehendak-Nya tersebut. c. Manusia memiliki otonomi dalam bertindak, karena terdapat indikasi manusia dapat bertindak sesuai keinginannya sendiri. Dan jika dikaitkan dengan kesimpulan butir a, maka ada indikasi bahwa finalitas suatu kejadian atau keputusan merupakan kehendak Allah SWT, sekalipun mungkin manusia pernah bertindak tidak sesuai kehendak-Nya. Berkaitan dengan itu, manusia akan menerima konsekuensi tertentu jika keputusan yang diambilnya tidak berdasarkan kehendak Tuhan. PENJELASAN SURAT YAKOBUS 413-17 1. Latar belakang Surat Yakobus Secara eksplisit, Yakobus adalah penulis surat Yakobus, sebagai penanda bahwa penulis surat ini bukan anonim ay. 1. Kebanyakan ahli meyakini bahwa yang menulis surat ini adalah Yakobus saudara Yesus. Surat ini merupakan bagian dari surat umum atau am, karena ditujukan kepada âdua belas suku di perantauanâ ay. 1 yang bersifat umum. Meskipun pembacanya umum, namun ada indikasi Yakobus mengenal keadaan para pembacanya. Setidaknya dari pasal-pasal yang ditulisnya, Yakobus seakan tahu bahwa pembacanya terdiri dari orang-orang kaya dan miskin, dan terdapat konflik di antara keduanya Sutanto, 2006 9. Karena surat ini adalah surat umum maka tidak ada latar belakang khusus atau motivasi khusus mengapa Yakobus menuliskan surat ini. Surat Yakobus memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan kebanyakan surat-surat dalam Perjanjian Baru PB. Surat ini tidak banyak membahas hal-hal yang bersifat teologis, sebagaimana yang sering dilakukan Paulus di dalam surat-suratnya. Surat ini juga sama sekali tidak mengaitkan tulisannya dengan kematian dan kebangkitan Yesus, padahal di awal surat, Yakobus mengklaim dirinya sebagai hamba Yesus Kristus. Ciri ini berbeda dengan ciri yang biasa didapati pada surat-surat umum yang biasanya MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 menyisipkan unsur kristologi di dalamnya. Yakobus lebih menekankan nasihat praktis dan hikmat kepada para pembacanya, sehingga ketika kita membacanya, nuansa yang dihadirkan sama seperti ketika kita membaca ajaran-ajaran Yesus yang terdapat dalam Injil Sutanto, 2006 12. Surat Yakobus juga memiliki bentuk teks dan bentuk sastra genre yang berbeda dari surat-surat am lainnya. Dari sisi bentuk teks, surat ini tidak bersifat sistematis dan kronologis, sehingga tiap bagian memiliki tema yang berbeda dan terpisah dengan yang lainnya, hal ini serupa dengan kitab Mazmur dan Amsal dalam Perjanjian Lama PL. Dari segi bentuk sastra, surat Yakobus berisikan pesan-pesan atau nasihat-nasihat praktis. Itu sebabnya, sebagian ahli PB menyebut surat ini sebagai amsal dalam PB. 2. Menganalisis Yakobus 413-17 a. Analisis struktur teks Menganalisis struktur teks merupakan salah satu proses yang penting agar kita dapat mengetahui alur pemikiran penulis dan hal-hal apa saja yang ditekankannya Solihin, 2014 70. Untuk memulai bagian ini, dapat diperhatikan bahwa Yakobus 413-17 merupakan satu bagian yang utuh dan terpisah dengan bagian perikop yang lainnya. Meskipun demikian, beberapa sarjana biblika sempat meragukan keberadaan ayat 17 dalam bagian ini, karena ayat tersebut seperti memiliki pokok pikiran yang baru. Ayat 13-16 dengan jelas membahas sebuah tema yang sama tentang melibatkan Tuhan dalam perencanaan. Masuk ke ayat 17, kesan tema tentang perencanaan tiba-tiba menghilang dan berubah. Akan tetapi, tidak mungkin ayat itu berdiri sendiri menjadi perikop yang terdiri hanya satu ayat. Karena untuk memasukkan ayat 17 ke dalam perikop selanjutnya pasal 5 lebih tidak sesuai dengan tema besar pasal 5, maka para sarjana pun akhirnya sepakat untuk tetap menempatkan ayat 17 sebagai kelanjutan dari ayat 13-16 Moo, 1985 158. Dengan demikian, bagian ayat 13-17 merupakan satu bagian yang utuh. Dari bagian yang utuh ini, terdapat beberapa kesejajaran pelaku dan perilaku. Yang pertama, orang yang melakukan perencanaan ay. 13 merupakan orang yang sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan ay. 14. Penulis ingin memberikan pesan bahwa betapa arogannya orang yang demikian. Mereka terbatas dalam melihat masa depan, namun MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 mereka telah berlagak dengan merencanakan banyak hal. Penulis memberikan nasihat kepada orang yang demikian, bahwa mereka seharusnya mengatakan, âJika Tuhan menghendakinyaâ. Kedua, kesejajaran yang lain adalah kesejajaran bentuk perencanaan. Frasa-frasa âberangkat ke kota anuâ, âtinggal di sana setahunâ, âberdagangâ, dan âmendapat untungâ dalam ayat 13 merupakan bagian yang sejajar dengan frasa-frasa âkami akan hidupâ dan âdan berbuat ini dan ituâ yang terdapat dalam ayat 15. Kesejajaran ini menunjukkan relasi antara perencanaan dengan keberhasilan. Hal ini kemungkinan besar menjelaskan pemikiran penulis yang ingin memberikan pesan jika seandainya orang-orang tersebut sempat berkata âJika Tuhan menghendakinyaâ, maka rencana untuk âberangkat ke kota anuâ, âtinggal di sana setahunâ, âberdagangâ, dan âmendapat untungâ akan mendapat restu Tuhan atau dengan kata lain akan berhasil. b. Analisis kata dan tata bahasa Tidak banyak unsur kata dan tata bahasa yang penting untuk dianalisis, karena nasihat Yakobus ini termasuk sangat praktis dan tidak ada terjemahan atau interpretasi yang sangat krusial. Setelah membandingkan dengan PB berbahasa Yunani, maka ada dua hal yang menjadi sorotan penulis dalam analisis kata dan tata bahasa ini. Pertama, kata anti arti harfiah berlawanan, kontras dalam ayat 15, yang dalam versi TB-LAI tertulis âsebenarnyaâ dapat diterjemahkan dengan âsebagai gantinyaâ. Hasan Sutanto telah memberikan opsi terjemahan yang baik untuk ayat 15, yaitu âsebagai gantinya kamu harus berkataâ 2003 85. Terjemahan tersebut dengan jelas mengontraskan tindakan perencanaan yang tanpa kehendak Allah dan dengan kehendak Allah. Hal ini menegaskan bahwa bertindak takabur adalah bentuk kontra perlawanan dari ketaatan pada kehendak Allah. Betapa pentingnya hidup dalam kehendak Allah itu. Kedua, kata Yunani poia dalam ayat 14 ditulis dalam bentuk konjugasi adjectival interrogative pronoun feminine singular nominative Sutanto, 2003 1220, yang lebih tepat diterjemahkan dengan kata tanya âsiapaâ dan bukan âapaâ TB-LAI âapa arti hidupmuâ. Dengan demikian, kata âsiapaâ di sini dapat merujuk kepada anak kalimat sebelumnya yang terdapat pada awal ayat 14, yaitu orang-orang âyang tidak tahu perihal hari MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 esokâ. Jika direkonstruksi, opsi terjemahan ayat 14b dapat menjadi sebagai berikut âSiapa di antara kamu yang tahu arti hidupmu?â Jadi secara sederhana, bagian ini ingin menanyakan, siapa sih sebenarnya yang tahu apa yang akan terjadi tentang kehidupannya di masa yang akan datang? Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang pasti. Namun satu hal yang pasti akan terjadi adalah kematian, karena ayat itu dilanjutkan dengan klausa âhidup manusia sama seperti uap, yang sebentar saja kelihatan lalu lenyapâ. Dengan demikian, manusia seharusnya paham jika ia merupakan makhluk yang rapuh. Memegahkan diri tidak akan menafikkan sifat kerapuhan itu. Sebaliknya, jika seseorang hidup dalam kehendak Allah, maka kehidupan yang rapuh dan terbatas akan lebih berarti. 3. Membandingkan dengan tafsiran lain Membandingkan analisa-analisa di atas dengan tafsiran lainnya merupakan langkah terakhir yang baik untuk melihat kemungkinan penguatan makna atau pemaknaan yang berbeda yang dapat melengkapi analisa yang telah dibuat. Kebanyakan penafsir sepakat bahwa perikop ini memiliki pesan utama yaitu tentang perencanaan kehidupan berdasarkan kehendak Allah. Warren Wiersbe berpendapat pasal ini ditujukan kepada pedagang kaya pada masa itu. Pada umumnya mereka senang membicarakan rencana-rencana mereka yang membanggakan, dan mereka jarang menyinggung tentang peran ilahi di dalam setiap perencanaan mereka. Mereka mungkin dapat dengan cepat mengkalkulasi keuntungan yang dapat mereka peroleh dalam setahun. Wiersbe kemudian melanjutkan, sesungguhnya manusia tidak akan pernah tahu jalan hidupnya yang merupakan misteri. Namun kehidupan yang misterius ini akan menjadi berarti jika manusia hidup di dalam kehendak Allah 1978 122-123. Douglas Moo memberikan penekanan pendapat para ahli bahwa perikop ini memberikan gambaran akan kearoganan manusia. Menurut Moo, Yakobus tidak terlalu menitikberatkan pada kekayaan pembaca yang ditujunya, melainkan pada sifat mereka yang arogan. Orang-orang yang demikian dikuasai oleh orientasi diri sendiri dan orientasi pada dunia, bukan pada kehendak Allah. Konsep dan praktik yang seperti itu, demikian Moo, MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 bukan merupakan karakter hidup kristiani. Berkaitan dengan kehendak Allah, pernyataan âjika Allah menghendakiâ tidak boleh berhenti pada ucapan belaka, melainkan seharusnya dapat dimaknai sebagai pemberian apresiasi yang tulus kepada Allah yang mengendalikan kehidupan ini 1985 154-157. Hal yang menarik terdapat pada tafsiran yang diberikan oleh Hasan Sutanto. Sutanto menarik permasalahan Yakobus 413-17 sampai pada kesimpulan ayat 17. Ia menekankannya pada konsep dosa 2006 225-226. Bagi Sutanto, ayat 17 ini merupakan kesimpulan yang menutup tidak hanya pasal 4 tetapi juga pasal-pasal sebelumnya. Menurutnya, para pedagang telah diajarkan untuk berbuat baik dan tidak berbuat dosa, oleh karena mereka seharusnya dapat membantu saudara seiman pasal 2, menjaga lidahnya agar hati-hati dalam berkata-kata pasal 3, dan tidak dikuasai hawa nafsu pasal 4. Menurut saya, membuat kesimpulan gabungan seperti ini kurang tepat, karena sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa struktur surat ini tidak terikat antara perikop yang satu dengan yang lainnya . 4. Kesimpulan Dari pemaparan analisis di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa di dalam agama Kristen diajarkan beberapa hal tentang perencanaan dan kehendak Allah, sebagai berikut a. Setiap manusia seharusnya meletakkan setiap rencana dan tindakan pada kehendak Allah. Kehendak Allah bersifat otoritatif, sehingga perlawanan terhadap kehendak Allah dapat membuat seseorang berdosa dan menderita atau tidak berhasil. Sebaliknya, ketaatan pada kehendak Allah dapat bermuara pada keberhasilan. b. Otonomi manusia yang memiliki kehendak bebas tentunya dapat saja terjadi. Manusia dapat memilih jalan hidupnya, apakah seturut kehendak Allah atau seturut kehendaknya dan orientasi dunia ini. Orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang arogan atau congkak. c. Manusia adalah makhluk yang terbatas dan rapuh, dan kehidupan manusia adalah misteri. Di dalam sense ini, manusia dinasihatkan untuk meletakkan agenda pribadi di bawah kehendak Allah. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 PENYILANGAN MAKNA ANTAR DUA TEKS KITAB SUCI SURAT AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk secara suku, ras, dan agama. Dalam konteks agama, Islam merupakan agama mayoritas di negara ini. Tidak dapat dipungkiri, hampir di seluruh sendi kehidupan masyarakat Indonesia, terdapat corak ke-Islam-an. Sebagai contoh, pengucapan assalamualaikum atau alhamdulillah yang sewaktu-waktu diucapkan oleh mereka yang non-Muslim. Sadar atau tidak, tradisi dan budaya Islam merupakan hibriditas kehidupan sebagian besar masyarakat non-Muslim. Di dalam konteks yang seperti ini, orang Kristen di Indonesia dapat mengkontekstualisasikan ajaran dan nilai yang terdapat dalam Alkitab ke dalam bentuk yang lebih berbaur/bercampur blended dengan tradisi dan budaya Islam yang ada di Indonesia. Untuk itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui proses hermeneutika inter-religius di dalam bentuk pembacaan lintas teks Kitab Suci. Archie Lee, sebagaimana yang disadur oleh Daniel Listijabudi, mengatakan bahwa pembacaan lintas teks merupakan suatu metode yang mencoba memahami teks Alkitab berdasarkan teks budaya dan agama Asia, serta mencoba untuk melakukan interpretasi dan integrasi dari kedua teks tersebut Listijabudi, 2019 97. Kedua teks tersebut harus berada di dalam dialog yang interaktif. Listijabudi menekankan bahwa dialog yang interaktif tersebut sebaiknya bersifat mutual dialog. Artinya, keduanya seharusnya dapat saling memperkaya 2019 85. Jadi secara sederhana, pembacaan lintas teks Kitab Suci ini dapat memberikan penguatan makna yang lebih kreatif dan positif kepada orang-orang Kristen di Indonesia, secara khusus di dalam koeksistensinya dengan agama dan budaya yang berbeda. Dan sebaliknya, di dalam nuansa ketersalingan, mungkin ada hal-hal baru yang didapat oleh orang-orang non-Kristen melalui pembacaan lintas teks Kitab Suci ini. Sebagai tambahan, pembacaan lintas teks Kitab Suci ini dapat dilakukan dalam pertemuan-pertemuan antar agama. Hal ini biasa disebut dengan scriptural bagian ini, akan dilakukan pemaknaan lintas teks, antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17, yang akan didahului dengan pemaparan persamaan dan perbedaan di antara keduanya. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 1. Persamaan antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17 Berdasarkan isinya, kedua bagian ayat sama-sama berisikan teguran atau nasihat terhadap mereka yang bertindak di luar kehendak Tuhan. Di dalam Surat al-Kahfi orang tersebut adalah Rasulullah SAW yang telah berjanji untuk memberikan kepastian jawaban terhadap orang-orang Yahudi yang meragukan kenabian Rasulullah SAW. Sedangkan di dalam tulisan Yakobus, teguran diberikan kemungkinan besar kepada para pedagang kaya yang biasa melakukan ekspansi perdagangan ke luar kota, dan di dalam merencanakan ekspansi tersebut mereka melupakan kehendak Tuhan. Kedua surat juga memiliki beberapa persamaan implikasi teologis. Pertama, keduanya memiliki makna bahwa kehendak Tuhan bersifat otoritatif. Artinya, perlawanan terhadap kehendak Tuhan dapat berkonsekuensi negatif. Kedua, keduanya memiliki implikasi bahwa manusia memiliki otonomi di dalam bertindak, karena manusia memiliki kehendak bebas, namun kehendak bebas yang mengabaikan kehendak Tuhan akan memiliki konsekuensi tertentu. Ketiga, kedua surat memiliki implikasi bahwa manusia merupakan makhluk yang rapuh, terbatas, dan tidak tahu-menahu perihal hari esok. Terakhir, kedua surat memiliki pesan etis yang sama, yaitu mengandalkan Tuhan di dalam melakukan perencanaan. Hal ini merupakan konsekuensi praktis dan logis dari realitas manusia yang rapuh dan terbatas. Manusia yang rapuh dan terbatas akan menjadi berarti jika ia hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. 2. Perbedaan antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17 Terdapat beberapa perbedaan antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17. Pertama, berdasarkan latar belakangnya, Surat al-Kahfi menunjukkan unsur kelalaian atau kelupaan Nabi Muhammad SAW untuk mengandalkan Allah SWT dalam perencanaan dengan mengucapkan insya Allah. Sedangkan Surat Yakobus menunjukkan unsur pengabaian kehendak Tuhan yang disengaja oleh pedagang-pedagang kaya yang arogan, sehingga MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 Yakobus mengidentifikasikan mereka sebagai orang yang memegahkan diri dan yang congkak. Kedua, secara teologis, dari Surat al-Kahfi dapat disimpulkan bahwa kehendak Allah bersifat mutlak. Artinya, Allah tidak akan mengubah keputusan-Nya berdasarkan keinginan atau tindakan manusia, apalagi jika tindakan manusia tersebut merupakan suatu kecerobohan. Hal ini terlihat jelas bahwa antara janji Rasulullah SAW kepada orang-orang Yahudi dengan turunnya surat itu melalui malaikat Jibril berjarak lima belas hari. Dalam hal ini, keputusan Allah SWT adalah bulat dan tidak tergantung keinginan Nabi Muhammad SAW. Jadi, dalam Surat al-Kahfi, kemutlakan keputusan Allah cukup eksplisit. Sedangkan Surat Yakobus tidak terlalu menekankan sifat kemutlakan tersebut. Yakobus nampaknya hanya ingin memberikan nasihat praktis kepada para pembaca untuk bertindak sesuai kehendak Tuhan, tanpa menekankan natur dari Tuhan. Ketiga, berkaitan dengan hal praktis. Dalam Surat al-Kahfi nampak jelas penekanan pentingnya pengucapan insya Allah. Hal ini terlihat jelas dari uraian dan tafsiran ayat 24 yang menekankan untuk mengingat kembali pengucapan itu jika seseorang telah lupa untuk mengucapkannya. Sedangkan di dalam Surat Yakobus sama sekali tidak memiliki penekanan artikulasi yang serupa. Yakobus hanya memberikan saran untuk berkata âJika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan ituâ ay. 15. Perkataan dalam ayat 15 ini erat kaitannya dengan perkataan-perkataan perencanaan yang terdapat dalam ayat 13, di mana perkataan perencanaan itu sejajar dengan klausa âkami akan hidup dan berbuat ini dan ituâ, yang notabene merupakan sebuah perencanaan juga. Intinya, keberhasilan perencanaan terletak pada aktualisasi yang disertai dengan tindakan. Tentang hal ini, saya berpendapat bahwa Yakobus menitikberatkan bukan pada ucapan melainkan pada tindakan. 3. Penguatan dan pemekaran makna dan terapan sebagai hasil dari penyilangan makna antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17 Sebagaimana yang telah diutarakan dalam penjelasan tentang maksud dan tujuan penyilangan ini, yaitu bahwa melalui pembacaan lintas teks Kitab Suci MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 ini dapat menghasilkan penguatan dan pemekaran makna yang mutual dan kontekstual, maka artikel ini akan diparipurnakan dengan penguatan dan pemekaran makna tersebut. a. Dari Surat al-Kahfi ayat 23-24 kepada Surat Yakobus 413-17 Sebagaimana persamaan dan perbedaan dari kedua surat ini yang telah diinventariskan, maka pertama-tama saya melihat bahwa pentingnya pengucapan insya Allah jika Allah menghendaki dari ajaran Islam sebagai sesuatu yang baik juga untuk diajarkan kepada dan dipraktikkan oleh orang Kristen. Sambil menekankan pentingnya usaha/tindakan ikhtiar yang benar, pengucapan insya Allah juga memiliki peranan yang penting. Manusia akan lebih mudah untuk menghayati sesuatu, jika hal tersebut dapat diucapkan. Selain itu, ucapan adalah semacam janji untuk dipraktikkan, sehingga dengan mengucapkannya maka kita dituntut untuk memenuhi janji tersebut. Hal ini sejalan dengan maksud dari pepatah dalam bahasa Inggris yang berkata âwalk your talkâ, yang berarti âjalani apa yang kamu katakanâ. Atau sejalan juga dengan makna dari pepatah Jawa yang berbunyi âaji ning diri ana ning lathiâ, yang berarti âharga diri seseorang terletak pada lidah/ucapannyaâ. Kedua, saya melihat natur kemutlakan kehendak Allah SWT yang terdapat dalam Surat al-Kahfi sebagai sesuatu yang juga dapat dijadikan penguatan makna terhadap Surat Yakobus. Hal ini tentunya harus dibatasi dalam dialog dua bagian Kitab Suci ini bahasan pada Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17 saja, karena tentang pembahasan kehendak Tuhan yang bersifat absolut dapat ditemukan dalam bagian lain di Alkitab. Setidaknya, di dalam konteks kehidupan praktis di mana seseorang melakukan perencanaan, Surat al-Kahfi telah mengingatkan para pembaca Kristen bahwa sekalipun manusia memiliki kehendak bebas, ia harus tetap mengingat bahwa ada kehendak lain yang lebih berkuasa dan menentukan, yaitu kehendak Tuhan. Dari peristiwa Nabi Muhammad SAW yang terlalu yakin untuk memberikan jawaban yang cepat kepada orang-orang Yahudi, padahal Allah SWT baru memberikan jawaban melalui malaikat Jibril setelah lima belas hari, kita semua diajarkan bahwa manusia yang memiliki kehendak bebas tetap harus tunduk pada kehendak Tuhan yang lebih berotoritas. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 b. Dari Surat al-Kahfi ayat 23-24 kepada Surat Yakobus 413-17, dan sebaliknya Surat al-Kahfi memiliki penekanan pentingnya sebuah ucapan, sedangkan Surat Yakobus menitikberatkan pada tindakan ikhtiar. Kedua hal ini seharusnya berjalan seimbang. Di atas telah dijelaskan tentang pentingnya mengucapkan insya Allah. Saat ini, saya hanya menambahkan betapa pentingnya sebuah usaha ikhtiar yang benar yang sejalan dengan apa yang diucapkan. Sebagai contoh, ada orang yang secara refleks mengucapkan insya Allah karena memang terlalu sering dan mudah untuk diucapkan tanpa dihayati dengan benar. Atau ada orang yang dengan sengaja mengucapkan insya Allah sebagai solusi untuk tidak terikat pada sebuah janji. Padahal sebagaimana yang telah kita pelajari sejauh ini, makna dari pengucapan insya Allah bukanlah seperti itu. Jadi, antara ucapan dan tindakan seharusnya sepadan. c. Dari Surat Yakobus 413-17 kepada Surat al-Kahfi ayat 23-24 Dalam perbedaan tentang latar belakang dari kedua surat ini, saya melihat hal yang menarik yang ditekankan oleh Yakobus, yaitu tentang penyebutan orang-orang yang dengan sengaja berencana di luar kehendak Tuhan sebagai orang-orang yang memegahkan diri dan yang congkak. Surat al-Kahfi tidak menekankan hal ini, dan lebih menekankan pada kelalaian âinsaniâ Nabi Muhammad SAW yang melupakan pengucapan insya Allah. Secara singkat, dalam Surat al-Kahfi terlihat unsur kelalaian, sementara dalam Yakobus terlihat unsur kesengajaan. Secara umum, pemaknaan dari Surat Yakobus ini dapat juga dimaknai oleh orang-orang Muslim, meskipun konteksnya berbeda dengan Surat al-Kahfi. Artinya, di dalam perencanaan bisa saja ada orang yang dengan sengaja ingin melaksanakan kehendaknya yang mungkin bertolak belakang dengan kehendak Tuhan. Orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang sombong dan congkak, yang tidak sadar akan kerapuhan dan keterbatasannya sebagai manusia. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang telah mereduksi makna pengucapan insya Allah, yang dengan sengaja mengucapkan kalimat tersebut sebagai jalan keluar terhadap ikatan perjanjian, karena memang sebelumnya MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 mereka telah memiliki rencana yang lain. Orang yang demikian merupakan orang yang congkak dan menganggap dirinya berkuasa atas hidupnya sendiri. PENUTUP Manusia merupakan makhluk yang rapuh dan terbatas. Sehebat-hebatnya manusia berteknologi modern, manusia tetaplah makhluk yang terbatas. Ia terbatas untuk mengetahui perihal hari esok. Bagi manusia, hari esok merupakan misteri. Oleh sebab itu, di dalam menjalani kehidupan yang penuh misteri ini, manusia seharusnya dapat terus mengandalkan Tuhan. Selain itu, manusia juga memiliki keinginan dan cita-cita, namun sudah sepatutnya manusia meletakkan segala keinginan dan cita-cita tersebut di bawah kehendak Tuhan. Karena di atas sesuatu yang manusia rencanakan ada lagi rencana yang lebih besar dan lebih berkuasa, yaitu rencana Allah. Dari kajian biblis Kitab Suci Islam dan Kristen terdapat ayat-ayat yang dapat mengingatkan umat bahwa mereka adalah manusia yang terbatas, serta membimbing umat agar selalu mengingat akan kehendak Tuhan dan memprioritaskannya. Dalam esai di atas, telah dipaparkan pendalaman dua bagian Kitab Suci, yaitu Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Yakobus 413-17. Dari dua bagian ini terdapat makna teologis dan ajakan penerapan secara praktis-etis tentang bagaimana seharusnya manusia yang terbatas dapat mengandalkan Tuhan yang tidak terbatas. Penyilangan makna di antara kedua bagian tersebut dapat memberikan penguatan makna, serta dapat memberikan pemaknaan yang baru. Ini berarti penyilangan makna kedua bagian Kitab Suci tersebut dapat bersifat komplementer. DAFTAR PUSTAKA Abel Kristofel Aruan. âSurat Jerami di Meja Austin Penggunaan Speech Act Theory sebagai Usaha Pembacaan Efektif Ujaran Perfomatif dalam Surat Yakobusâ. Indonesian Journal of Theology 4/2, Desember 2016. Asosiasi Teolog Indonesia, 2016. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 Anang Haderi. âTakdir dan Kebebasan menurut Fethullah Gulenâ. Jurnal Theologia Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo, vol. 25 no. 2, Juli-Desember 2014. Semarang UIN Walisongo, 2014. Benny Solihin. Tujuh Langkah Menyusun Khotbah yang Mengubah Kehidupan. Malang Literatur SAAT, 2014. Daniel K. Listijabudi. Bergulat di Tepian Pembacaan Lintas Tekstual Dua Kisah Mistik Dewa Ruci dan Yakub di Yabok untuk Membangun Perdamaian. Jakarta BPK Gunung Mulia, 2019. Douglas J. Moo. Tyndale New Testament Commentaries vol. 16 The Letter of James. Grand Rapids, MI Eerdmans, 1985. Gabriel Angkouw. âScriptural Reasoning Peran Kitab Keagamaan dalam Pendidikan Agama Multikultural di Young Interfaith Peacemaker Community Indonesiaâ. Al-Adabiya Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan vol. 15 no. 1 2020 Hamka. Tafsir Al-Azhar jilid 6. Singapura Pustaka Nasional PTE LTD, 1965. Hasan Sutanto. Perjanjian Baru Interlinear Yunani â Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru jilid II. Jakarta LAI, 2003. ____________. Surat Yakobus Berita Perdamaian yang Patut Didengar. Malang Literatur SAAT, 2006. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah volume 8. Jakarta Lentera Hati, 2002. Tafsir Ath-Thabari terj. jilid 17. Jakarta Pustaka Azzam, 2007. Wahbah Zuhaili. Tafsir Al-Munir jilid 8. Jakarta Gema Insani, 2012. Warren Wiersbe. Dewasa dalam Kristus Tafsiran Surat Yakobus. Bandung Kalam Hidup, 1978. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 Scriptural reasoning adalah pembacaan lintas teks Kitab Suci yang dilakukan dalam komunitas yang majemuk. Tujuan dari kegiatan ini bukan saja mencari persamaan-persamaan makna dari bagian-bagian Kitab Suci yang dibaca, melainkan juga untuk menemukan hal-hal yang berbeda. Perbedaan tersebut bukan untuk dirivalkan melainkan untuk dihargai, dan bukan tidak mungkin melalui perbedaan tersebut seorang pembaca dapat diperkaya dengan pemaknaan yang baru. Di Indonesia, kegiatan scriptural reasoning ini biasa dilakukan oleh komunitas muda-mudi antar iman. Bdk. Gabriel Angkouw. âScriptural Reasoning Peran Kitab Keagamaan dalam Pendidikan Agama Multikultural di Young Interfaith Peacemaker Community Indonesiaâ. Al-Adabiya Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan vol. 15 no. 1 2020, hal. 71-72. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Gabriel James AngkouwAbstrak Artikel ini bertujuan untuk melihat keberadaan Kitab keagamaan yang mampu menjadi landasan pendidikan agama multikultural bagi generasi muda. Peran kitab keagamaan dalam dialog lintas iman khususnya bagi generasi muda Kristen dan Islam, terwujud melalui Scriptural Reasoning SR, yang menjadi kegiatan rutin Young Interfaith Peacemaker Community YIPC Indonesia. SR mampu menjadi ruang interaksi lintas iman dengan menjadikan kitab keagamaan Alkitab dan Al-Qurâan sebagai landasan yang juga didukung dengan nilai-nilai dasar YIPC, 12 Nilai Perdamaian, serta dokumen A Common Word ACW. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa, pertama, Kitab keagamaan mampu melegitimasi dialog. Kedua, Kitab keagamaan mampu membangun identitas bersama diantara generasi muda Kristen dan Islam. Artikel ini menjadi bagian dalam kajian menggunakan metode kualitatif dengan menyajikan data secara deskriptif-analitis terkhususnya berkaitan dengan pendidikan agama multikultural yang dikembangkan oleh Hope S. Antone guna menunjukkan peran kitab keagamaan dalam membangun solidaritas generasi muda lintas agama sebagai pembentuk identitas bersama serta sumber legitimasi dialog. Metode pendidikan agama multikultrual berbasis kitab keagamaan dalam bentuk SR ini, diharapkan mampu menjadi tawaran dalam penerapan pendidikan agama di Indonesia guna menumbuhkan rasa saling menerima dan menghargai perbedaan. This article is aimed at seeing the existence of religious Scriptures, that is able to be the basis of multicultural religious education for young people. The role of religious Scriptures in the interfaith dialogue especially for Christian and Muslim youngsters is embodied in Scriptural Reasoning SR, a regular activity of Young Interfaith Peacemaker Community YIPC Indonesia. SR is able to be a medium for interfaith interaction by making religious Scriptures Holy Bible and Koran the foundation that is also supported by YIPC principles, 12 Peace Values, and A Common Word ACW document. The results of this study show that, firstly Religious Scriptures are able to legitimate the dialogue. Secondly Religious Scriptures are able to build collective identity among Christian and Muslim youngsters. This article is a part of qualitative research that shows the data with descriptive analytics method, especially on multicultural religious education developed by Hope S. Antone in order to show the role of religious Scriptures in building solidarity of interfaith youngsters as the shaper of collective identity as well as the source of dialogue legitimacy. This Scriptures-based multicultural religious education in the form of SR is expected to be an offer in the application of religious education in Indonesia to foster mutual acceptance and di Tepian Pembacaan Lintas Tekstual Dua Kisah Mistik Dewa Ruci dan Yakub di Yabok untuk Membangun PerdamaianDaniel K ListijabudiDaniel K. Listijabudi. Bergulat di Tepian Pembacaan Lintas Tekstual Dua Kisah Mistik Dewa Ruci dan Yakub di Yabok untuk Membangun Perdamaian. Jakarta BPK Gunung Mulia, Tafsir Al-Azhar jilid 6. Singapura Pustaka Nasional PTE LTD, Baru Interlinear Yunani -Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru jilid IIHasan SutantoHasan Sutanto. Perjanjian Baru Interlinear Yunani -Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru jilid II. Jakarta LAI, 2003.
Manusiadiciptakan dengan kehendak bebas karena Tuhan adalah Allah yang baik dan penuh kasih. Manusia tidak dapat diselamatkan oleh kehendaknya sendiri, tetapi manusia hanya dapat diselamatkan karena kasih karunia Allah atau kedaulatan Allah oleh iman kepada Tuhan Yesus. 1. Efesus 2:8-9
Pertanyaan Jawaban Tidak mungkin bagi manusia untuk memahami secara menyeluruh hubungan antara kedaulatan Tuhan dan kehendak bebas manusia. Hanya Allah yang tahu bagaimana keduanya bisa bekerja bersama. Jelas di dalam Alkitab bahwa Allah tahu siapa yang akan diselamatkan Roma 829; 1 Petrus 12. Melalui Efesus 14, Paulus juga memberitahu bahwa Allah telah memilih kita âsebelum dunia dijadikan.â Alkitab berulang kali menggambarkan orang-orang percaya sebagai orang-orang pilihan Allah Roma 833; 115; Efesus 111; Kolose 312; 1 Tesalonika 14; 1 Petrus 12; 29; Matius 2422, 31, Markus 1320, 27; Roma 117; 1 Timotius 521; 2 Timotius 210; Titus 11; 1 Petrus 11. Bahwa orang Kristen dipredestinasikan Roma 829-30; Efesus 15, 11, dan dipilih Roma 911; 1128; 2 Petrus 110 untuk keselamatan merupakan fakta yang jelas. Alkitab juga mengatakan bahwa kita memiliki kehendak bebas untuk memilih â yang perlu kita lakukan hanyalah percaya pada Yesus Kristus, dan kita akan diselamatkan Yohanes 316; Roma 109-10. Allah tahu siapa yang akan diselamatkan, Allah memilih siapa yang akan diselamatkan, dan kita juga harus memilih Kristus supaya diselamatkan. Bagaimana ketiga hal ini bekerja bersama-sama sekaligus menjadi hal yang mustahil, bagi pikiran kita yang terbatas, untuk bisa dipahami sepenuhnya Roma 1133-36. Tanggung jawab orang Kristen itu mengabarkan Injil ke seluruh dunia Matius 2818-20; Kisah Rasul 18. Soal apa yang Allah tahu sebelumnya, yang Allah pilih dan predestinasi, semua itu kita serahkan kepada Allah. Yang terpenting bagi kita itu tetap ketaatan dalam memberitakan Injil. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Bagaimana kedaulatan Tuhan dan kehendak bebas manusia bekerja bersama dalam keselamatan?
Manusiadiminta oleh ayat ini dan ayat-ayat semacamnya jpixc.